sebuah surat yang bersembunyi

Pencarian belum berhenti. dan Aku masih berpijak pada gelombang yang sama.

Tempat dimana aku menemukanmu pada sebuah titik. 

Ingin rasanya tuk pergi, berlari. Hanya berlari. 

Diam menyembunyikan wujudnya, teman!

tidak lagi, ia gambarkan kejujuran yg terpancar.

Mata itu makin menghitam, tak lagi terlihat secercah cahaya yang dulu membahagiakan.

Begitu menyakitkan kah, keberadaan ku disini wahai pemudah hati?

Pencarian belum terhenti.

Masih ada keinginan itu, mengembalikan yang pernah ku ambil.

Tak sanggup lagi melihat pancaran itu,

telah mengelamkan kah aku?

Bisakah tangisan mengembalikan pancaran yang dulu membahagiakan ?

Ini bukan munafik. bukan juga menyerah. bukan pula menunggu.

Ini cara yang telah dibulatkan untuk mengembalikan pancaran itu.

Keinginan untuk melihatmu bahagia.

Klise mengisahkan, hal seperti ini bukan bab baru baginya.

Masih tentang cinta, masih tentang hati. Masih tentang mu.

Masih tentang pergi, masih tentang berjuang. Masih tentang merelakan.

Masih tentang rindu, masih tentang tangisan. Masih tentang senyuman.

Masih tentang Aku, masih tentang kita. dan Masih tentang mereka.

Gelap lalu terang. Tangisan lalu senyuman. Hujan lalu pelangi.

Datang lalu pergi. Diam lalu berlari. menarik lalu mendorong.

Hitam lalu putih. 

Setiap kata kutulis tanpa penghujung. menggantung laksana daun mati.

membentuk sebuah pesan tersimpan. untukmu. berharap suatu hari kau baca.

Setiap hati berhak mencintai dan bahagia.

dan Setiap hati pula berhak untuk memiliki jalannya.

meski harus sakit sekalipun, mereka tak akan mengeluh.

Sebuah kisah sederhana, tentang hidup. telah mendewasakan.

Pergi bukan untuk lari. tapi untuk membahagiakan.

Lari bukan untuk sembunyi. tapi untuk menjaga.

Sembunyi bukan untuk menolak. tapi untuk menyimpan.